Baru-baru ini, praktik pengeditan
DNA semakin canggih dan berhasil mengatasi berbagai permasalahan genetik.
Teknologi ini memungkinkan perubahan genetik yang spesifik, seperti mencegah
penyakit genetik (Huntington, cystic fibrosis, atau thalassemia). Tidak hanya
untuk kesehatan, teknologi ini bahkan menjanjikan potensi untuk meningkatkan
kemampuan fisik dan kognitif manusia, sebuah langkah yang sebelumnya hanya ada
dalam ranah fiksi ilmiah. (Cohen, 2020)
Namun, di balik potensinya, terdapat
kekhawatiran mengenai dampak jangka panjang yang mungkin tidak terduga.
Perubahan genetik pada manusia dapat memicu efek epigenetik yang sulit
diprediksi serta membawa implikasi terhadap evolusi manusia. Dari sudut pandang
hereditas, meskipun teknologi ini dapat membantu menurunkan risiko penyakit
genetik yang diwariskan, dampak luasnya terhadap populasi manusia masih menjadi
pertanyaan besar. (Lander et al., 2019). Di sisi lain, muncul ketakutan
terhadap kemungkinan penyalahgunaan teknologi untuk tujuan eugenika modern.
Praktik ini, seperti memilih sifat-sifat tertentu seperti kecerdasan atau warna
mata, dapat menciptakan ketidaksetaraan baru di masyarakat. Hal ini menimbulkan
dilema etis yang perlu diperhatikan, terutama dalam menjaga prinsip keadilan
dan kesetaraan. (Jasanoff et al., 2015)
Bagaimana menurutmu? Apakah manfaat
dari rekayasa genetik cukup besar untuk mengabaikan kekhawatiran yang
menyertainya, ataukah kita perlu berhati-hati dan menetapkan batasan yang
jelas? Diskusi ini sangat penting, mengingat potensi teknologi ini dalam
membentuk masa depan manusia.
Sumber Referensi:
0 Komentar