Arah Pengembangan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka 2022

 


Sedikit opini saya terkait pembaharuan kurikulum 2013 menjadi kurikulum merdeka. Kita ketahui bahwa 9 tahun implementasi kurikulum 2013 dengan berbagai dinamika didalamnya. Implementasi kurikulum 2013 didasari oleh permasalahan pendidikan yang dianggap kaku, pembelajaran monoton yang didominasi oleh guru di kelas hingga output pembelajaran yang identic dengan menghafal tanpa mempertimbangkan perkembangan peserta didik secara holistik dan kemampuan berfikir tingkat tinggi yang menjadi tuntutan generasi abad 21.

Namun masalah muncul ketika guru yang terbiasa mengajar dengan target kompetensi dasar tiap semester didorong untuk meramu strategi pembelajaran aktif yang cenderung memakan lebih banyak waktu. Saya menyadari hal tersebut bukanlah pekerjaan mudah ditambah guru harus memenuhi tuntutan administrasi yang jumlahnya tidaklah sedikit. Akhirnya tujuan dari implementasi kurikulum 2013 yang ditujukkan untuk menempa kemampuan siswa secara holistic (afektif, kognitif, dan psikomotorik) tidak terealisasi secara efektif.

“Implementasi kurikulum merdeka bukan untuk merubah kurikulum 2013. Kurikulum merdeka dikembangkan untuk menegaskan penerapan kurikulum 2013”. “Kurikulum merdeka adalah upaya pemulihan atas fenomena learning loss yang terjadi akibat pandemic covid-19”. Jujur, awalnya saya sendiri tidak begitu tertarik akan isu implementasi kurikulum baru, karena saking banyaknya versi kurikulum selama 3/4 tahun terakhir setelah implementasi kurikulum 2013, mulai dari kurikulum 2013 revisi, kurikulum darurat, kurikulum prototype, hingga kurikulum merdeka. Namun akhirnya setelah menelusuri beberapa informasi saya “mungkin” termasuk yang sependapat dengan maksud dari implementasi kurikulum merdeka ini.

Saya berfikir memang seperti ada yang kurang dengan budaya belajar di sekolah saat ini. Belajar sejatinya adalah proses yang dilakukan  secara sadar dan disengaja untuk mengembangkan diri serta mendapat ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Namun, seperti yang kita lihat saat ini, hampir sebagian besar siswa pergi sekolah hanya untuk menggugurkan kewajiban, hanya sedikit siswa yang termotivasi untuk bersungguh-sungguh dalam proses belajar. Ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi? Mengapa bisa? Bagaimana seharusnya?  Adalah beberapa pertanyaan yang mungkin akan kita lontarkan saat kita gemas dengan perilaku siswa yang uncontrollable.

Mari kita refleksi diri, jika pertanyaan itu berbalik pada kita apa yang akan kita jawab? Okelah, kita mengajar siswa karena latar belakang pekerjaan kita sebagai guru, jika kita tidak melakukannya dengan baik tanpa motivasi profesionalisme dan integritas kita patut dipertanyakan bukan? Jadi values-nya mungkin berbeda jika kita tanyakan hal yang sama pada siswa. 1) perkara motivasi bisa berasal dari keluarga. Lingkungan keluarga yang well educated cenderung efektif membangun vibes positif bagi siswa ini termasuk kondisi ekonomi dan hal lainnya, tapi bagaimana jika sebaliknya? 2) lingkungan sekolah yang nyaman dan fasilitas pembelajaran yang mendukung akan memberi dampak signifikan terhadap motivasi dan input siswa. 3) kontekstualitas pembelajaran akan membentuk persepsi bahwa ilmu yang didapat aplikatif dalam kehidupan, sehingga siswa merasa ilmu yang dipelajari memberi dampak nyata terhadap kehidupan sehari-hari. Misal : bahasa daerah jarang digunakan di sekolah, maka siswa akan termotivasi untuk mempelajari bahasa indonesia terutama saat mata pelajaran bahasa indonesia berlangsung, kita bisa bayangkan apa yang terjadi apabila siswa belajar bahasa indonesia sementara budaya sekolah terbiasa menggunakan bahasa daerah hampir disemua kegiatan.



Sebagai guru biasa kita tidak bisa masuk terlalu jauh ke dalam domain keluarga begitu pula dengan  hanya mengandalkan pengadaan fasilitas sekolah. Hal paling sederhana yang bisa kita lakukan adalah dengan menciptakn kontekstualitas dalam pembelajaran, hal ini sejalan dengan prinsip pengembangan kurikulum merdeka, saya sependapat jika dalam kurkulum merdeka guru bebas menentukan materi esensial yang diajarkan di kelas, guru tidak lagi dituntut untuk mengajar dengan capaian materi yang sudah ditentukan. Dengan ini guru bisa focus untuk mendalami materi yang dipilih sekaligus mengembangkan karakter serta softskill peserta didik yang diperlukan generasi abad 21 (4C). guru juga dapat dengan leluasa meramu strategi pembelajaran aktif yang dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa akan merasakan kebermanfaatan materi yang dipelajari.

Lalu bagaimana dengan materi lain yang tidak diajarkan di kelas? Pertanyaan ini mungkin menjadi kekhawatiran orang tua dan guru di sekolah, kekhawatiran akan pengetahuan yang didapat siswa akan jauh lebih sedikit. Mempelajari materi lebih banyak tidak menjamin input kepada siswa menjadi lebih banyak, bahkan dalam sosialisasi IKM Mas Kemendikristek menyampaikan hasil penelitian menunjukkan learning loss justru lebih banyak dialami oleh sekolah pengguna kurikulum 2013 dibandingkan sekolah pengguna kurikulum darurat selama pandemic covid 19.  Hal yang sama juga diperkuat dengan argument yang disampaikan oleh seorang penulis dan tokoh pendidikan bapak Munif Chatib (Alm) dalam bukunya Orang Tuanya Manusia bahwa banyaknya materi yang dipelajari dapat menyebabkan kejenuhan dalam belajar (down shifting).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, jelas pengembangan kurikulum merdeka bukanlah produk dadakan yang merubah kurikulum 2013 dalam waktu singkat tanpa pertimbangan, namun sebagai penguat konsep dan tujuan dari kurikulum 2013. Bongkar pasang kurikulum tidak akan ada artinya jika tidak didukung semua pihak termasuk kita sebagai guru. Guru memiliki tanggung jawab besar untuk mencetak generasi yang berkualitas di masa yang akan datang.

Tulisan ini hanya pendapat penulis, jika anda memiliki masukan dan perdapat yamg berbeda silahkan tinggalkan pesan di kolom komentar atau hubungi kami pada kontak yang tersedia, terimakasih J

Wallahu’alam

 

Sumber

https://kurikulum.gtk.kemdikbud.go.id/

https://makassar.terkini.id/nadiem-makarim-resmi-luncurkan-kurikulum-merdeka-belajar-guna-memperbaiki-krisis-pembelajaran/

Posting Komentar

0 Komentar